Pages

Senin, 10 Agustus 2009

Renungan Keikhlasan

Alkisah, seorang ‘abid yang saleh dan telah beribadah dalam waktu yang sangat lama didatangi oleh suatu kaum. Salah satu dari mereka berkata kepadanya, ”Hai ‘abid, saya mendengar di daerah ini ada suatu kaum yang ibadahnya menyembah pohon, tidak menyembah Allah.” Mendengar kabar yang diucapkan orang itu, sang ‘abid menjadi marah, lalu pergi dengan membawa sebuah kampak untuk menghancurkan pohon itu.
Seorang iblis yang merubah dirinya menjadi seorang syekh, menyambut kedatangan ‘abid di dekat pohon itu. Iblis bertanya kepadanya, ”Ke manakah Anda hendak pergi wahai saudaraku, mudah-mudahan Allah merahmatimu.” ‘Abid menjawab,” Aku hendak memotong pohon ini.” Iblis itu balik bertanya, ”Apa yang menyebabkan engkau ingin memotong pohon ini, sehingga kamu telah meninggalkan ibadahmu serta menyibukkan diri dgn kegiatan yang tidak bermanfaat bagimu.” ‘Abid menjawab, ”Sesungguhnya apa yang akan aku lakukan ini adalah sebagian dari ibadahku.” Iblis berkata, ”Aku tidak akan membiarkan kamu untuk memotong pohon ini.” Iblis bergerak dengan garang menyerang sang ‘abid, tetapi tidak berhasil menaklukannya. Bahkan Iblislah yang berhasil dikalahkan oleh ‘abid dan ia berhasil ditawan dalam pengawasan ‘abid. Iblis itu berkata, ”Lepaskan aku, dan aku akan berbicara kepadamu.” Sang ‘abid melepaskannya. Ia berkata, ”Sesungguhnya Allah swt telah menggugurkan perintah untuk memotong pohon ini dan Dia tidak mewajibkannya lagi kepadamu. Allah tidak menyuruh kamu untuk melakukan hal ini. Jika Allah berkehendak, mungkin Allah sudah memerintahkan pekerjaan ini kepada para Nabi-Nya dan mengutusnya untuk menghancurkan pohon ini.” Abid itu menjawab, ”Akulah yang harus memotong pohon ini.”

Sang ‘abid mendekati iblis dan melawannya kembali. Ia berhasil mengalahkan kembali Iblis itu dan segera mengurungnya. Iblis itu berkata kepada sang ‘abid, ”Apakah kamu mempunyai keputusan tentang masalah kita ini agar semuanya menjadi lebih baik dan berguna bagiku dan bagimu?” Abid itu terdiam. Lalu berkata, ”Apakah kau bisa memutuskan dan menyebutkan hal itu?” ”Ya,” Iblis menjawab, “tetapi lepaskan dulu aku dari pengawasanmu.” Setelah dilepaskan iblis itu berkata, ”Wahai ‘abid, kamu adalah orang miskin yang tidak mempunyai apa-apa. Engkau telah menjadi beban bagi orang lain yang menanggungmu. Engkau yang dalam kesendirian terus berusaha ingin menjadi yang terbaik dari tetanggamu, dan kenyang dalam keheninganmu tanpa memerlukan manusia yang lain. Bukankah yang aku katakan ini benar?” Abid terdiam. Ia menjawab pelan, ”Benar.” Iblis balik berkata, ”Urungkanlah niatmu untuk memotong pohon ini dan aku akan berikan kepadamu dua dinar yang akan aku simpan di dekat kepalamu setiap pagi. Dengan uang itu kamu akan membelanjakannya untukmu, keluargamu, dan sisanya untuk sedekahmu kepada saudara-saudaramu. Dan hal ini lebih baik bagimu dan kaum muslim yang lain daripada hanya memotong pohon yang tidak mendatangkan manfaat bagimu dan saudara-saudaramu.”

‘Abid terdiam. Ia mulai berpikir dan merenungkan ucapan iblis itu. Lalu ia berkata, ”Engkau benar, wahai syekh, aku bukan seorang nabi dan mengharuskan aku untuk memotong pohon ini dan Allah tidak menyuruhku untuk memotongnya, serta tidak menetapkan aku sebagai orang yang durhaka karena tidak memotong pohon ini. Apa yang engkau sebutkan ternyata lebih baik dan lebih banyak manfaatnya.” Iblis pun berjanji akan memberikan uang dua dinar setiap hari karena nasihatnya diikuti.

Setelah kejadian itu ‘abid kembali ke tempatnya. Ketika waktu pagi datang, ia menemukan di dekat kepalanya uang senilai dua dinar dan ia menyimpannya untuk dibelanjakan. Kejadian serupa terjadi terus menerus, sampai pada suatu pagi, ia tidak menemukan lagi uang senilai dua dinar itu. Ia marah. Lalu pergi membawa kampak dengan maksud menghancurkan pohon itu kembali.

Iblis yang berwujud syekh menyambut kedatangannya seraya berkata, ”Apa yang hendak kau lakukan dengan pohon ini?” “Aku akan memotongnya.” jawab ‘abid. Iblis berkata, ”Demi Allah, kamu tidak akan mampu memotongnya dan tidak ada jalan bagimu untuk melakukannya.” ‘Abid itu menyerang Iblis dengan gencar, tetapi ia tidak berhasil mengalahkan Iblis itu seperti ketika dulu ia mengalahkannya. Bahkan ia berhasil dikalahkan oleh Iblis. Iblis mengekang sang ‘abid dan mengancam kepadanya dengan tekanan yang keras agar ia tidak melakukan apa yang ia inginkan. ‘Abid berkata kepada Iblis, ”Kabarkan kepadaku apakah yang menyebabkan engkau bisa mengalahkan aku, padahal dahulu aku bisa mengalahkanmu.” Iblis menjawab,

”Sesungguhnya ketika engkau mengalahkan aku, engkau berangkat dari marah karena Allah dan akhiratmu. Kali ini engkau tidak bisa mengalahkan aku, karena marahmu berangkat bukan dari marah karena Allah, tetapi marah karena diri dan duniamu. Allah menundukanku karenanya, dan aku menundukanmu karena rasa ikhlas karena Allah telah hilang darimu.”


lalu......apakah sebenarnya ikhlas itu?????

Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin-nya menyebutkan perihal makna ikhlas. Rasulullah bersabda, ”Ikhlas adalah bahwa kamu berkata, ’Allah itu Tuhanku.’ Kemudian kamu beristiqamahlah (kepada-Nya) sebagaimana kamu diperintahkan.

” Sahl ra berkata, “Ikhlas adalah: Tenang dan gerakan-gerakannya karena Allah swt secara khusus.
” Ibrahim bin Adham berkata, ”Ikhlas adalah kebenaran niat beserta Allah swt.
” Abu Utsman berkata, ”Ikhlas adalah kelupaan melihat makhluk dengan memandang kepada Tuhan Yang Maha Pencipta saja.”

Satu saat Al-Hawariyyun berjumpa dengan Nabi Isa as. Ia bertanya, “Apakah amal yang ikhlas itu?” Nabi Isa menjawab, “Yang beramal kepada Allah swt yang tidak menyukai bahwa seseorang memujinya atas perbuatan tersebut.
” Al-Junaid berkata, ”Ikhlas adalah membersihkan amal dari kotoran.
” Al-Muhasibi berkata, ”Ikhlas adalah mengeluarkan makhluk ketika berhubungan dengan Tuhan.”


Jika kita melihat beberapa pengertian tantang ikhlas tersebut, kita dapat simpulkan ada beberapa syarat ‘sahnya’ ikhlas;
pertama, amal yang dikerjakan berangkat dari kecintaan kepada Allah;
kedua, terus-menerus (istiqomah) dalam melaksanakan perintah-Nya;
ketiga, beramal bukan didasarkan kepada manusia (mengharapkan pujian);
keempat, berusaha membersihkan amal dari kotoran (riya' ujub dan sum'ah).

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar

 

Followers

Sample text

Sample Text

Ala Bizikrillahi Tatmainnul Qulub